Untuk anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan klik link dibawah ini!
Makalah Ilmu Pendidikan (Aliran dalam Pendidikan Islam)
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam terdapat berbagai pendangan-pandangan atau yang disebut juga dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Aliran tersebut diantaranya :
1. Nativisme
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer seorang filosuf bangsa Jerman dan pengikutnya yaitu Plato, descrates, dan Lombroso. Nativisme berasal dari kata dasar natus = lahir, nativus = kelahiran, pembawaan.[1]
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor –faktor yang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkannya itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut aliran nativisme, pendidikan dan lingkungan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak. Dalam ilmu pendidikan, hal tersebut disebut dianamakan dengan Pesimisme pedagogis.
Menurut aliran ini perembangan manusia dalam menjalani hidupnya bergantung pada pembawaannya (faktor hereditas). Menurut penelitian, faktor hereditas mempengaruhi mempengaruhu kemampuan in relektual dan kepribadian seseorang. Dalam perspektif heriditas, perkembangan indifidu sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Bakat atau pembawaan
Anak dilahirkan dengn memebawa bakat-bakat tertentu, bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang tergantung dalam diri anak. Setiap anak memeiliki bermacam-macam bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni agama, akal yang tajam dan sebagainya.
b. Sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat keturunana yang dihasilkan oleh orang tua atau nenek moyangnya terhadap anak dapat berupa fisik maupun mental.[2]
2. Empirisme
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun limgkungan tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan karena adanya kemampuan, yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan dan kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada pada dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memeandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tigkah laku.[3]
Aliran ini dipelopori oleh John Locke. Aliran ini bertentangan dengan pendapat aliran Nativisme. John locke berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang ditentukan oleh lingkungannnya, atau oleh pendidikan yang dialami sejak kecil. Manusia dapat dididik apa saja (kearah yang lebih baik maupun kearah yang lebih buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendididiknya.[4]
3. Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Teori ini merupakan kompromi atau dialetika dari nativisme dan empirisme. Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Munculnya kedua kecenderungan dalam aliran konvergensi tersebut membuat orang yamg mengikutinya menjadi skeptis atau ragu-ragu. [5]
Kemungkinan-kemungkinan yang dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib depan dengan ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong, karena ini datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong.[6]
4. Naturalisme
Naturalisme dipelopori oleh J.J. Rousseau, pandangan ini mempunyai persamaan dengan nativisme, Aliran ini mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga naturalisme sering disebut dengan negativisme karena pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. [7]
Dengan kata lain menurut aliran ini pendidikan tidak diperlukan, yang dilakukan adalah menyerahkan anak didik ke alam agar pembawaan tidak rusak oleh campur tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan.
5. Progresivisme
Tokoh aliran progresivisme adalah John Dewey, aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kmampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Manusia memilki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga terwujud didalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya.[8]
6. Kontruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista seorang epistimologi Italia, ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya kontruktivisme. Aliran ini dikembangkan oleh Jean Pieget melalui teori perkembangan kognitif, Pieget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya. Pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang.
Aliran kontruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil kontruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, pencium dan perasa. Dengan demkian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan. [9]
BAB III
PENUTUP
Aliran-aliran pendidikan dibutuhkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Aliran-aliran tersebut yaitu:
1) Nativisme, berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
2) Empirisme, berpendapat bahwa anak lahir kedunia tidak mempunyai bakat dan kemampuan.
3) Konvergensi, berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk.
4) Naturalisme, berpandangan bahwa anak lahir membawa pembawaan baik, namun pembawaan akan rusak karena pengaruh lingkungan.
5) Progresivisme, berpandangan bahwa manusia mempunya kemampuan yang wajar dan dapat mengatasi masalah yang menekan atau yang mengancam dirinya.
6) Kontruktivisme, berpandangan bahwa manusia memiliki pengalaman yang diterima lewat panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman dan perasa.